“…sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Matius 25:40b)
Seorang pendeta sedang antri untuk membayar di sebuah toko swalayan di New Orleans. Di depannya ada seorang bapak yang nampak olehnya tidak memiliki uang untuk membayar belanjaannya. Pendeta itu menepuk pundaknya dan mengatakan, “Engkau tidak perlu menoleh ke belakang, tapi terimalah uang ini. Yesus mengasihimu.” Pria itu menerima uang tersebut, membayar belanjaannya, lalu pergi.
Sembilan tahun kemudian, pendeta tersebut diundang untuk berkhotbah di sebuah gereja di New Orleans. Setelah selesai ibadah, seorang pria mendekati sang pendeta dan bercerita, “Sembilan tahun lalu, saya, istri dan anak kami sangat susah. Kami kehilangan semuanya, tidak punya pekerjaan, tidak punya uang dan kami tinggal di dalam mobil. Kami sudah hilang pengharapan dan berencana untuk bunuh diri. Tapi sebelum melakukan itu, saya mau membeli makanan terakhir untuk anak kami di sebuah toko swalayan. Saya mengambil makanan yang disukai anak saya, tapi ketika sedang antri di kasir, saya menyadari bahwa saya tidak punya uang untuk membayar.
Tiba-tiba, seorang pria dari belakang saya, memberikan uang dan menyuruh saya untuk tidak menoleh ke arahnya. Kata-kata yang paling saya ingat darinya adalah ‘Yesus mengasihimu’. Saya pun pergi setelah membayar makanan itu, dan menceritakan pada istri saya. Kami menangis karena menyadari bahwa ada yang mengasihi kami. Besoknya kami melihat sebuah gereja dengan tulisan di depannya ‘Yesus mengasihimu’, dan kami pun masuk kesana dan didoakan oleh orang-orang di sana. Sejak saat itu, hidup kami pun berubah. Dan sekarang ini, saya menyadari bahwa bapak adalah orang yang memberikan saya uang sembilan tahun lalu. Terima kasih untuk kebaikan bapak.” Pendeta itu dikenali olehnya karena suaranya yang khas.
Ayat dalam nats di atas menjelaskan tentang hakekat memberi kepada sesama yang sama dengan memberi kepada Tuhan. Orang-orang di sekitar kita, tanpa kita sadari, merepresentasikan Tuhan. Apa yang kita beri kepada orang yang paling hina, itu adalah persembahan untuk Tuhan. [BT]
P1: Bila saudara ingin memberi kepada Tuhan, kepada siapakah persembahan saudara dapat diberikan menurut ayat ini?
P2: Lihatlah sekeliling saudara dan perhatikanlah sesama yang ada di sekitarmu, mungkin ada orang-orang yang bisa menjadi sasaran persembahan saudara untuk Tuhan.