“ Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang”.(Galatia 6:9-10a)
Tohh, bukan angka istimewa pula yang saya capai di tanggal itu. Tetapi sekadar tandanya saja, di hari jadi saya tahun itu, saya berbagi mie goreng kepada teman di tempat bekerja. Dari yang posisinya ter-atas di struktur organisasi, hingga OB, semua kebagian kudapan ciri khas ultah itu. Sudah dihitung berulang, jumlah manusia yang akan menerima penganan panjang dalam box palstik ini. Hanya saja, sengaja dilebihkan beberapa, entahkah untuk apa dan siapa. Sudah tentulah, tersisa beberapa box tak bertuan.
Tiba waktunya ‘siang’ bertukar tugas dengan ‘sore’. Ternyata, dua orang yang melahirkan pula membesarkan saya, mengajak merayakan tanggal khusus itu bersama-sama. Wahh, tak ada yang lebih menggembirakan selain berkumpul dengan keluarga, sekalipun tanpa bersantap. Sementara, menunggu mereka datang, sang lambung berteriak minta dipekerjakan. Aha, bukankah ada sisa mie dalam tas. Tiga porsi besar masih terkurung dalam tas. Iya dech, makan itu dulu aja! Ehh, tunggu dulu, tiga bocah lusuh sedang bercengkrama mengusik mata dan perasaan saya. Dagangan mereka yang tak jelas rupa itu, jauh dari kata laris. Tak tahu mengapa, batin saya memerintahkan untuk membagi sisa mie itu kepada ketiganya. Bukankah memang pas porsi kelebihannya tadi dengan jumlah pedagang kecil jalanan itu?!
Terbayanglah hingga kini, getar bibir mereka ketika saya menyodorkan penganan ultah itu dengan sepenuh rela. Bingung, malu, gembira, campur kaget. Tentulah mereka sedang dilanda lapar parah. Dan setelah ketiganya membalas dengan “makasih”, melonjaklah hati saya, membuncahlah sukacita saya. Kejadian inilah yang membuat hari istimewa saya jadi semakin berkesan.
Siapa bilang pengikut Kristus tidak perlu berbuat baik, walau syarat masuk Surga bukanlah itu? Hanya saja, bukankah kita perlu membalas pengorbanan Kristus di Salib, dengan cara berbuat kebaikan kepada sesama? Ingin rasanya mengulang kembali, menggelar pesta Ultah Kaki Lima seperti tanggal itu. Nahh, apa kisahmu tentang perbuatan baik? Atau… belum pernah sekalipun kita melakukannya? [AH]
P1 : Sudahkah saya melakukan perbuatan baik kepada sesama? Atas dasar apa dan seringkah itu?
P2 :Tindakan nyata apa yang akan saya lakukan untuk membiasakan diri menjadi berkat bagi sesama melalui cara apapun?