“Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi.” (Amsal 10 : 19)
Jakarta –MRT – Juni 22…. Ketika dua,tiga orang wanita berkumpul dimanapun juga maka cerita yang tanpa batas hadir ditengah – tengah mereka. Dan itulah yang terjadi ketika kami berkesempatan mencoba menggunakan fasilitas MRT di kota Jakarta. Masuk, duduk, lihat kiri kanan, menggagumi, jepret sana sini, tidak sampai hitungan jam kami sudah terlibat obrolan mengasyikkan, meluncur deras seperti air bah. Tiba – tiba di tengah – tengah cerita yang tanpa batas itu berdiri di depan kami keamanannya MRT, dengan antribut prokes yang lengkap, tanpa bicara dan hanya menyodorkan selembar peringatan. Sedikit kaget plus terpana kami memandang sosok itu lalu beralih pada apa yang ia sodorkan. Intinya adalah bahwa selama pandemi penumpang MRT dilarang bicara, baik langsung maupun memakai handphone. Seketika kami diam seperti pemain sepak bola diberi kartu kuning.
Ada yang pernah menyesal karena terlanjur salah berbicara, dan orang yang menerima perkataan kita menjadi sakit hati? Saya pernah dan rasanya sangat tidak enak, merasa bersalah. Awalnya ketika ia yang mendengarnya belum bereaksi saya menganggap bahwa apa yang saya katakan itu benar dan tujuannya baik. Tapi ketika ia bereaksi dan menganggap bahwa apa yang saya katakan itu menyakitkan, saya baru tersadar kalau yang saya ucapkan itu sia – sia, tidak tahu situasi dan menyakitkan.
Setiap hari ribuan kata – kata terucap, dan dari ribuan itu kita tidak pernah tahu apakah menyakitkan atau membuat bahagia bagi orang yang mendengarkan. Kebanyakan ketika kata tidak terkontrol maka yang keluar adalah “pepesan kosong ‘’ yang mungkin tanpa sadar akan melukai. Bisa jadi kita telah minta maaf tapi akibat dari perkataan kita bisa membekas selamanya. Semenjak kejadian itu saya mencoba lebih berhati – hati dengan perkataan saya, apalagi kalau kapasitasnya untuk menasihati atau memberi tahu. Dan tidak ada yang bisa mengekang mulut kita kecuali hikmat dari Tuhan. hikmat Tuhan itu seperti man security yang akan langsung memberi peringatan ketika kita mulai mengeluarkan kata – kata yang tidak berguna. Dan satu hal lagi selalu pertimbangan ucapan yang keluar, apakah itu akan menyakiti jika kita yang menerimanya. [ WER ]
P1 : Perkataan seperti apa yang keluar dari mulut kita hari ini?
P2 : Kuasai lidah bibir perkataanku Tuhan, agar ketika hari ini berakhir aku tidak menyesalinya tapi penuh dengan ucapan syukur.