“…yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, …” (Efesus 4:22-24)
Suatu hari dua orang sahabat menghampiri sebuah lapak untuk membeli buku dan majalah. Penjualnya ternyata melayani dengan buruk dan mukanya pun cemberut. Orang pertama jelas jengkel menerima layanan seperti itu, yang mengherankan orang kedua tetap enjoy bahkan bersikap sopan kepada penjual itu. Lantas orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya, “Hei! Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?” Sahabatnya menjawab, “Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain.” “Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali,” bantah orang pertama. Ia masih merasa jengkel. “Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu enggak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita. Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri sendiri.”
Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba-tiba jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu. Coba renungkan mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain? Mengapa untuk berbuat baik saja kita harus menunggu diperlakukan dgn baik oleh orang lain dulu? Jaga suasana hati, Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak! Pilih untuk tetap berbuat baik sekalipun menerima hal yang tidak baik.
Tuhan ijinkan hadir dalam kehidupan kita orang orang yang menjengkelkan untuk melatih kita agar dapat menguasai diri hingga tidak terpengaruh lagi terhadap gangguan dari luar. Ada pepatah berkata Pemenang kehidupan adalah Orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar, serta yang tetap tenang di tengah badai yang paling hebat. [DS]
P1: Apa yang dimaksud dengan manusia baru dalam ayat tersebut diatas?
P2: Bagaimana penerapannya menjadi manusia baru dalam hidup sehari hari?